Thursday 8 November 2012

Grazie



               Apalah arti dari kata “terima kasih” yang ada di dalam benak kalian? Sebuah ucapan yang sederhana namun kadang punya lebih dari satu makna yang banyaknya sampai saya tak tau berapa jumlah banyaknya.
               Apakah kita mengucapkan kata “terima kasih” hanya sebagai formalitas kehidupan saja? Formalitas dimana ketika seseorang telah membantu, memberi, mencintai, dan menghargai kita atau bahkan sebaliknya. Sebuah formalitas yang tanpa kita sadari ternyata memang menjadi suatu kebiasaan atau sebuah budaya yang mungkin boleh dikategorikan sebagai suatu hal yang positif. Sebuah kebiasaan positif yang sudah turun-temurun diwariskan oleh orang tua kita sejak kita kecil, berharap kita selalu menghargai orang lain agar kita selalu berprilaku baik dan santun.
               Ketika pelajaran mengenai “terima kasih” telah diajarkan oleh orang tua kita, lalu bagaimana dengan seseorang yang mungkin tidak pernah mendapatkan pelajaran berharga tersebut? Apakah kelak dia akan menjadi orang yang tidak berprilaku santun dan tidak dapat menghargai orang lain? Dan apakah seseorang yang sudah mendapatkannya dapat mengerti arti sesungguhnya ketika ia menjadikan pelajaran tersebut tidak hanya sekedar didikan dari orang tuanya?



               Ada banyak faktor mengapa banyak pertanyaan muncul dan berterbangan ketika saya memikirkan hal ini. Tidak ada satupun Negara di dunia ini yang tidak punya kata yang mempunyai arti kata “terima kasih” dalam bahasanya. Itu artinya “terima kasih” dapat diartikan sebagai bentuk ucapan dari rasa syukur manusia.
               Tapi bagaimana ketika kata “terima kasih” tersebut diucapkan karena adanya unsur keterpaksaan? Karena munculnya rasa canggung, kasihan, tidak tega, dan hal-hal aneh lain yang menjadikan “terima kasih” tersebut menjadi sebuah kata yang harus dipaksakan untuk keluar dari diri kita. Aneh memang ketika keterpaksaan itu muncul, tapi sungguh naïf ketika fakta itu memang benar adanya, dan sangat disayangkan sekali ketika sebuah rasa syukur harus menjadi sebuah keterpaksaan yang tak berarti. Ibarat sebuah kertas putih bertuliskan kata “terima kasih” yang ditulis menggunakan kapur putih, maka kata “terima kasih” tersebut ada tapi tidak dapat terlihat maknanya.
              Apapun bentuk niat, maksud, tujuan, makna dan alasan yang kita punya untuk mengungkapkan kata "terima kasih" tidaklah penting dibandingkan jika kita tidak pernah berusaha untuk mengungkapkannya sama sekali.

No comments: